Rabu, 17 November 2010

Merapi Menyapa




26 oktober 2010. Seperti yang kita tahu bahwa sampai hari ini keadaan jogja memang sedang tidak kondusif karena merapi yang seakan ‘menyapa’ kami. Letusannya yang tidak dapat diprediksi dan sangat dasyat ini memang berdampak besar pada semua rutinitas kegiatan masyarakat di jogja dan sekitarnya, kenapa tidak? Awan panas yang di keluarkan telah merenggut nyawa lebih dari 100 orang, hujan debu dan kerikil telah menyelimuti seluruh kota jogja bahkan kabarnya seluruh pulau jawa. Sungguh luar biasa.
Karena itu semua sekolah, universitas di Jogjakarta memang sengaja diliburkan sampai kondisi merapi kembali stabil. Tidak sedikit yang dengan sukarela menjadi relawan baik langsung terjun ke lapangan ataupun dengan menyumbang sejumlah dana. Yaaa, banyaknya relawan sangat dibutuhkan karena jumlah pengungsi yang “meledak” dan tak diperkirakan.
Letusan merapi kali ini memang jauh lebih dasyat daripada letusan merapi tahun 2006. Yaa, karena kabarnya merapi ini memiliki 2 jenis letusan, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek yang terjadin 2-3 tahun sekali seperti tahun 2006. Dan jangka panjang berkisar 15-30 tahun ke atas seperti yang terjadi sekarang. Kabarnya dulu tahun 1642 letusan jangka panjang pernah terjadi, dan menewaskan 1000 orang, hujan abu yang menyelimuti seluruh pulau jawa. Sungguh menyeramkan. Dan sekarang letusan itu kembali terjadi, namun memang karena teknologi memprediksi pergerakan merapi, banyak nyawa yang dapat ditolong. TNI dan tim SAR yang dengan sigap mengevakuasi masyarakat sekitar merapi. Memang beberapa kali posko-posko pengungsian selalu dipindahkan ke daerah-daeraah yang jauh lebih aman, karena memang awan panas yang membahayakan mulai menyebar lebih luas.
Yaa, memang kondisi jogja pada saat itu memang trlihat sangat kacau, debu yang terlihat seperti salju benar-benar menyelimuti semua wilayah di Jogjakarta. Dan semua masyarakat diharapkan memakai masker, karena abu vilkanik yang memang adalah benda asing bagi tubuh. Di saat kondisi yang kacau seperti itu, muncul beberapa orang yang buat aku adalah BAJINGAN!! Yaa kenapa tidak? Saat orang-orang menjadi relawan untuk membantu mereka yang mengungsi, saat para pengungsipun panic dan tidak tenang, malah muncul sms atau bm yang mengatakan hal-hal tentang merapi yang membuat masyarakat ketakutan dan panic. Seperti missal isu bahwa letusan merapi akan mengeluarkan awan panas sepanjang 65km dari puncak merapi, abu vulkanik yang bisa merobek paru-paru bila dihirup. Memang di luar logika semua itu, namun tidak sedikit yang percaya dan malah menyebarkan pesan itu semakin luas.
Tidak sedikit juga yang membawa kejadian merapi dengan hal-hal mistis, seperti tidak memperbolehkan memakai baju berwarna hijau dan merah. Yang paling parah adalah di kepala kerbau yang dipersembahkan. Huff, saat kejadian seperti itu yang seharusnya manusia mendekatkan diri pada Allah kenapa malah justru manusia melakukan hal-hal mistis tersebut? Yaa, memang itulah kepercayaan mereka. Kepercayaan yang mereka anggap benar.
Terlepas dari itu semua, jiwaku mulai terpanggil. Ingin rasannya aku ikut menjadi relawan. Yaa, bersama teman-teman BEM FEB UGM lah aku ingin berpartisipasi. Namun memang niat ini mulai goyah saat seseorang yang melahirkanku melarang, seakan tidak rela. Yaa, ibuku, dengan feelingnnya yang kuat dia menyuruhku untuk meninggalkan kota jogja menuju bandung yang memang di sana ada kembaranku dan abangku yang bisa menjagaku.
Hari jumat siang aku langsung disuruh membeli tiket untuk keberangkatan hari itu juga. Namun sayang bandara adi sucipto tutup dikarenakan abu vulkanik yang dianggap membahayakan penerbangan. Ya sudahlah, akhirnya aku memilih menggunakan kereta. Singkat cerita aku berhasil membeli 1 tiket kereta menuju bandung, dan berangkat malam itu juga pukul 23.02.
Pukul 20.00 tiba-tiba hati ini mulai ragu apakah benar langkah ini untuk meninggalkan Jogjakarta? Dimana teman-temanku berjuang aku malah harus pergi menyelamatkan diri? Hati ini sangat ragu dan ingin rasannya tetap di jogja dan ikut berjuang. Namun disisi lain memang ibuku bahkan orang-orang yang aku sayang memang menyuruhku untuk pergi.
Di saat aku mulai bingung, aku bertannya kepada papa, mama, abangku, mbak noe, bahkan nissa dengan pertanyaan “sebenernya aku bener gak sih ninggalin jogja?” balesan dari mereka yang memang intinya menyuruhku untuk pergi, namun papaku yang memang sebenernya berharap aku pergi hanya bisa menyerahkan semuanya ke aku, dia percaya dengan keputusanku dia percaya aku tidak akan kenapa-kenapa. Di saat hati ini sedikit ingin tinggal, aku mulai melihat tiket kereta yang memang sudah di tangan. “yaa, memang sepertinya aku harus tinggal”.
Tidak lama kemudian, niat yang bulat itu kembali ragu saat papa berkata “ya udah itu terserah alan aja, tapi jangan bikin mama khawatir” sebelum akhirnnya dia menutup teleponnya. Sangat ragu, benar-benar ragu hati ini harus memilih yang mana. Akhirnya aku berdiskusi dengan nissa yang memang juga memaksaku untuk pergi. Mungkin dia sangat khawatir kalau aku memilih untuk tinggal di jogja. Kata-katanya yang aku ingat adalah “dengan kamu pergi ukan berarti kamu adalah pengecut, kamu harus ingat mama kamu” yaa, memang benar ucapannya. Okelah akhirnya aku memilih untuk pergi meninggalkan jogja, walapun berat rasannya.
Sekitar 1,5 jam sebelum keretaku pergi, aku berrtannya dengan kakak kelasku yang sekaligus adalah kadep di departemenku bekerja dama BEM FEB UGM. kata-katannya yang aku ingat adalah “perbuatan baik sekalipun harus disertai idho ibu” dan membuat aku untuk yakin dan tenang pergi meninggalkan jogja. Namun sebelum aku pergi, aku ingin melakukan sesuatu untuk membantu teman-teman BEM FEB UGM. walaupun tidak seberapa kontribusiku, namun aku melakukannya dari hatiku yang paling dalam. Dan aku berharap itu bisa membantu walaupun tidak secara langsung terjun ke lapangan.
Singkat cerita perjalanan yang kurang lebih 9 jam ini membawaku pergi meninggalkan jogja. Dalam perjalanan sesekali aku berdoa dan yakin kalau tidak ada hal buruk yang menimpa teman-temanku di sana, dan mereka yang mengungsi. Semoga keadaan membaik. Yaa, yang bisa kulakukan hanyalah berdoa, berdoa, dan berdoa.
Di saat orang lain menganggap bahwa merapi adalah teguran Tuhan atau kemurkaan Tuhan, justru aku melihat dari sudut pandang yang berbeda. Bahwa Alam hanya ingin memberi, melalui merapi Dia menyapa, “hai, manusia ini untukmu, semoga berguna”. Yaaa, aku yakin setelah merapi kembali stabil semua yang dimuntahkan, semua yang dianggap berbahaya nantinnya akan member kebaikan untuk masyarakat jogja dan sekitarnya. Aku yakin. Dan pada saat itu tiba, masyarakat akan sadar kebesaran Allah yang maha memberi.
Tetap berjuang teman-teman relawan, tetap sabar masyarakat jogja, semoga semua ini cepat berakhir dan kembali seperti semula. Dan lihatlah apa yang alam berikan kepadamu. Semoga doaku dan semua orang di sleuruh dunia menyertaimu. Dan 1 hal kita sesungguhnya tidak perlu takut, karena percaya bahwa Allah sangat dekat dengan kita. Allah pasti memiliki rencana. Dan yakilah rencana-Nya itu indah.
“ bencana ini atas rencana-Nya itu pasti, kita memanfaatkannya sebagai lahan ibadah itu pilihan - Riski Raisa Putra ( ketua BEM FEB UGM 2009-2010 ) “

Selasa, 9 November 2010
Adlan syahmi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar